Sampai saat
ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang
menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan
masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan
kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah trias
perdarahan, infeksi, dan keracunan kehamilan..
Menurut World Health Organization (WHO), 40%
kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. .
Sebagian besar
perempuan mengalami anemia selama
kehamilan, baik di negara maju maupun negara berkembang. Badan kesehatan dunia
atau World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa 35-75% ibu hamil di
negara berkembang dan 18% ibu hamil di negara maju mengalami anemia. Namun,
banyak di antara mereka yang telah menderita anemia pada saat konsepsi, dengan
perkiraan prevalensi sebesar 43% pada perempuan yang tidak hamil di negara berkembang dan 12% di negara
yang lebih maju
Di
Indonesia, prevalensi anemia ibu hamil mencapai 70%. Artinya, dari 10 wanita
hamil, 7 di antaranya terkena anemia. Biasanya, ibu hamil baru terserang anemia
ketika kehamilan menginjak trimester kedua karena pada trimester pertama peningkatan
volume darah belum terlalu signifikan sehingga gejala anemia kurang begitu
dirasakan. Keluhan yang terjadi pada
anemia ibu hamil terjadi ketika menginjak trimester dua dan tiga, volume darah
meningkat drastis. Bahkan mencapai 35%. Sementara pada saat melahirkan,
tambahan zat besi yang diperlukan berkisar antara 300-350 mg akibat kehilangan
darah. Pada kondisi setelah melahirkan, wnaita memerlukan 40 mg/hari atau dua
kali lipat yang dibutuhkan pada kondisi tidak hamil
Anemia merupakan penyebab
utama kematian ibu hamil dan janin saat melahirkan, karena pendarahan. Angka
kematian ibu hamil di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN, yakni
sekitar 307 dari 100 ribu kelahiran. Negara-negara ASEAN lain,
misalnya Malaysia, hanya 40-50 dari sekitar 100 ribu kelahiran. ”Jadi kita 8
kali lebih tinggi.
Menurut data
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian
neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup, angka kematian
bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup Kematian Ibu (AKI) di Kota Palembang berdasarkan hasil analisis
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008 sebesar 53 per 100.000 kelahiran hidup,
pada tahun 2009 terdapat 20 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target tahun
2010 sebesar 31 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2008 Angka Kematian
Bayi (AKB) di Kota Palembang terdapat 4 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2009
sebesar 2 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target tahun 2010 sebesar 1,7 per
1000 kelahiran hidup.
Anemia dalam
kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin di bawah 11
gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai hemoglobin kurang dari 10,5
gr% pada trimester dua .
Terjadinya
anemia ibu hamil umumnya disebabkan pola makan tidak seimbang. Padahal, pada
kondisi hamil, kebutuhan zat besi meningkat. Wanita dengan kehamilan berulang
dalam waktu singkat juga memiliki peluang cukup tinggi terkena anemia. Ini
disebabkan, dalam kondisi setelah melahirkan, cadangan zat besi yang belum pulih
terkuras untuk janin.
Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil antara lain : umur ibu,
statis gizi ibu hamil, status ekonomi, dukungan keluarga, gaya hidup.
Umur ibu menjadi salah satu faktor
yang dapat mengakibatkan anemia pada ibu hamail. Wanita yang berumur kurang
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk
hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun
janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami
anemia. Usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia
ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya.
Status gizi ibu hamil juga merupakan
hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja
akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat
menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan
pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat
berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar
melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan
Status ekonomi juga selalu menjadi
faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang
cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di
tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan
adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka
kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar