Anemia Pada Ibu Hamil
1. Definisi
Anemia adalah suatu kondisi medis
di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar
hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk kadar
pria anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5
gram/100 ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100 ml.
Anemia merupakan suatu keadaan
adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah
nilai normal.
Anemia defisiensi besi adalah
anemia karena turunnya cadangan besi tubuh sehingga proses eritropoisis dan
dapat menurunkan kuran Hgs darah dengan berbagai akibatnya. Anemia defisiensi
besi tergolong anemia karena gizi. World
Health Organization (WHO mendefinisikan anemia gizi adalah anemia yang
terjadi karena kekurangan satu atau lebih nutrisi esensial untuk eritropoisis,
tanpa memandang sebabnya
2. Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan
Perubahan hematologi sehubungan
dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat
terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65%
dimulai pada trimester II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan
meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali
normal 3 bulan setelah pruts. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma
laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron
3. Klasifikasi anemia pada kehamilan
Anemia pada kehamilan dibedakan menjadi :
a.
Anemia defisiensi besi (62,3%
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan
hipokromik serta paling banyak dijumpai. Penyebabnya telah dibicarakan di atas
sebagai penyebab anemia umumnya.
b.
Anemia megaloblastik (29,0%)
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik
atau pernisiosa. Penyebabnya adalah karena kekurangan asam folik. Jarang sekali
akibat karena kekurangan vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan
infeksi yang kronik.
c.
Anemia hipoplati
Anemia hipoplasti disebabkan oleh hipofungsi sumsum
tulang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan
pemeriksaan-pemeriksaan : darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi sternal,
pemeriksaan retikulosit dan lain-lain.
4. Etiologi
Hipervolemia, menyebabkan
terjadinya pengenceran darah, pertambahan darah tidak sebanding dengan
pertambahan plasma, kurangnya zat besi dalam makanan, kebutuhan zat besi
meningkat.
Penyebab anemia defisiensi besi antara
lain :
a.
Pendarahan. Jika pendarahan berlebihan atau
terjadi selama periode waktu tertentu (kronis), tubuh tidak akan dapat
mencukupi kebutuhan zat besi atau cukup disimpan untuk menghasilkan hemoglobin
yang cukup dan atau sel darah merah untuk menggnati apa yang hilang.
b.
Kurangnya asupan makanan. Kekurangan zat besi
mungkin terjadi karena tidak atau kurang mengkonsumsi zat besi. Perempuan hamil
dan menyusui sering terjadi kekurangan ini karena bayi memerlukan sejumlah besar
besi untuk pertumbuhan. Defisiensi besi dapat menyebabkan bayi berat lahir
rendah dan persalinan prematur.
c.
Gangguan penyerapan. Kondisi tertentu
mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan pada saluran gastrointestinal
(GI) dan dari waktu ke waktu dapat mengakibatkan anemia.
Beberapa faktor risiko yang berperan dalam
meningkatkan prevalensi anemia defisiensi zat besi, antara lain :
a. Umur ibu < 20 tahun dan
> 35 tahun. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan
dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan
dapat menyebabkan ibu mengalami anemia. Usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya
anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar
hemoglobinnyadan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin
besar
b. Pendarahan akut
c. Pendidikan rendah
d. Status ekonomi
e. Pekerja berat
f. Konsumsi tablet tambah
darah < 90 butir
g. Makan < 3 kali dan
kurang mengandung zat besi.
5. Gejala klinis anemia defisiensi pada
kehamilan
Manifestasi klinis dari anemia
defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga
gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia
bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya.
Gejala-gejala dapat berupa kepala
pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan
sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar
limpa. Bila kadar Hb gr < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia
akan jelas. Nilai
Gejala-gejala
anemia adalah :
a.
Warna biru hingga putih pada mata
b.
Kuku rapuh
c.
Penurunan nafsu makan (terutama pada anak-anak)
d.
Kelelahan
e.
Sakit kepala
f.
Iritabel / mudah marah
g.
Warna kulit pucat
h.
Sesak napas
i.
Sakit pada lidah
j.
Nafsu memakan makanan yang tidak biasa (disebut
pica = pilih-pilih makanan)
k.
Kelemahan
6. Diagnosis anemia pada kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia
kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli.
Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongan sebagai berikut :
Hb 11 g % tidak
anemia
Hb 9-10 g% anemia
ringan
Hb 7-8 g% anemia
sedang
Hb < 7 g% anemia
berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal
dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan
pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan
pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di Puskesmas.
7. Komplikasi
Komplikasi akibat anemia pada kehamilan pada ibu
adalah :
a.
Abortus
b.
Persalinan preterm
c.
Partus lama karena inersia uteri
d.
Perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri
e.
Syok
f.
Infeksi intra persalinan maupun pasca persalinan
g.
Payah jantung pada anemia yang sangat berat
h.
Kematian bagi ibu
Pada janin:
a.
Kematian
b.
Prematuritas
c.
Cacat bawaan
d.
Kekurangan cadangan besi
Pengaruh
anemia pada kehamilan dan janin, antara lain :
a.
Pengaruh anemia terhadap kehamilan
1)
Bahaya selama kehamilan : dapat terjadi abortus,
persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah
terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 g%), mola hidatidosa,
hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD)
2)
Bahaya saat persalinan : gangguan His (kekuatan
mengejan), kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar,
kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan
perdarahan postpartum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan
postpartum sekunder dan atonia uteri.
3)
Pada kala nifas : terjadi subinvolusi uteri
menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran
ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, anemia
kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae.
b.
Bahaya anemia terhadap janin. Sekalipun janin
mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan
mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga menggnggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam
bentuk : abortus, kematian intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat
badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia dapat terjadi cacat bawaan, bayi
mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal dan inteligensia rendah.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pasien dengan anemia pada kehamilan, adalah :
a.
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu dan janin
b.
Memotivasi ibu untuk banyak memakain makanan
yang mengandung banyak zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging,
kacang-kacangan (tempe, tahu, oncom, kedelai, kacang hijau), sayuran berwarna
hijau tua (kangkung, bayam, daun katuk) dan buah-buahan (jeruk, jambu biji,
pisang) dan perhatikan pula pola makan teratur 3x sehari. Agar kesehatan ibu
dan janinj baik
c.
Menganjurkan ibu untuk sering beristirahat yaitu
tidur pada malam hari kurang lebih 7-8 jam dan siang selama kurang lebih 1-2
jam juga hindari istirahat yang belebihan dan bekerja terlalu berat
d.
Menganjurkan ibu memperhatikan bodi mekanik
(sikap tubuh) yaitu bangun secara perlahan dari posisi istirahat, hindari
berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang sesak dan hindari berbaring dalam
posisi terlentang.
e.
Memberikan ibu tablet Fe dengan dosis 1x1
diminum dengan air putih satu gelas dan sebaiknya diminum menjelang tidur pada
malam hari agar mengurangi efeks ampingnya seperti mual dan feses menjadi
merah. Tablet Fe harus diminum teratur setiap hari untuk menambah darah.
f.
Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada
kehamilan seperti perdarahan, sakit kepala lebih dari biasanya dan menetap,
pandangan kabur, nyeri ulu hati dan lainnya. Jika ibu mendapatkan
keluhan-keluhan tersebut segera datang ke pelayanan kesehatan terdekat.
g.
Memberitahu keluarga kemungkinan komplikasi
perdarahan post partum sehingga ibu harus disediakan darah untuk persiapan
transfuse postpartum sehingga keluarga harus menyediakan donor darah.
9. Pengobatan
Ppenyebab kekurangan zat besi harus
ditemukan terutama pada pasien yang lansia yang menghadapi risiko terbesar
untuk kanker pencernaan. Telah tersedia suplemen besi (ferro sulfat). Untuk
penyerapan zat besi terbaik, minum suplemen ini dengan perut kosong. Namun,
banyak orang yang tidak dapat mentoleransi keadaan ini dan mungkin perlu
mengkonsumsi suplemen bersamaan dengan makanan.
Pasien yang tidak bisa mentolerir
besi melalui mulut dapat menerimanya melalui injeksi vena (intravena) atau
dengan suntikan kedalam otot. Susu dan
antasida dapat menganggu penyerapan zat besi dan tidak harus diambil pada waktu
yang sama sebagai suplemen zat besi. Vitamin c dapat meningkatan penyerapan dan
sangat penting dalam produksi hemoglobin. Kondisi hamil dan wanita menyusui
perlu mendapat zat besi ekstra karena diet normal biasnaya tidak akan mencukupi
jumlah yang diperlukan. Hematokrit harus kembali normal setelah 2 bulan terapi
besi. Namun, zat besi harus dilanjutkan selama 6-12 bulan untuk mengisi
simpanan zat besi tubuh dalam sumsum tulang.
10. Pencegahan
Diet pada semua orang harus
mencakup zat besi yang cukup. Daging merah, hati, dan kuning telur merupakan
sumber penting zat besi. Tepung, roti dan beberapa sereal yang diperkaya dengan
besi baik untuk pencegahan. Jika tidak mendapatkan cukup zat besi dalam diet,
maka dapat dilakukan suplementasi zat besi. Selama periode tertentu yang
membutuhkan zat besi tambahan (seperti kehamilan dan menyusui), maka jumlah zat
besi dalam diet harus ditingkatkan atau dengan suplementasi zat besi.
11. Kebutuhan zat besi pada wanita hamil
Wanita memerlukan zat besi lebih
tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50
sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg.
disamping itu, kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah
sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering
seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan
zat besi dan menjadi makin anemis (Manuaba, 2010).
Sebagai gambaran beberapa banyak
kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan antara lain :
Meningkatkan
sel darah ibu 500
mg Fe
Terdapat dalam
plasenta 300
mg Fe
Untuk darah janin 100
mg Fe
Jumlah 900
mg Fe
Faktor-faktor yang
menyebabkan anemia pada ibu hamil
1. Umur ibu
Umur adalah rentang kehidupan yang
diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40
tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur
adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan
Umur adalah usia individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jika dilihat dari
sisi biologis, usia 18-25 tahun merupakan saat terbaik untuk hamil dan
bersalin. Karena pada usia ini biasanya organ-organ tubuh sudah berfungsi
dengan baik dan belum ada penyakit-penyakit degenerative sepertyi darah tinggi,
diabetes, dan lainnya serta daya tahan tubuh masih kuat.
Umur sangat berpengaruh terhadap
proses reproduksi, khususnya usia 20-25 tahun merupakan usia yang paling baik
untuk hamil dan bersalin. Kehamilan dan persalinan membawa resiko kesakitan dan
kematian lebih besar pada remaja dibandingkan pada perempuan yang telah berusia
20 tahunan
Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun. Wanita
yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko
yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu
hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu
mengalami anemia. Usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin
rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya dan semakin tua
umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin besar.
Umur ibu menjadi salah satu faktor
yang dapat mengakibatkan anemia pada ibu hamil. Wanita yang berumur kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil.
Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya,
berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia. Usia
ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil
maka semakin rendah kadar hemoglobinnya.
2. Status Gizi
Ilmu gizi didefinisikan sebagai
suatu cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan
kesehatan tubuh yang diakibatkan, serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Sedangkan gizi adalah
suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu
organisme melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi.
Status gizi ibu hamil juga
merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi
tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu
dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan
makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat
berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar
melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan selama kehamilan, yaitu diantara kebutuhan selama hamil yang
berbeda-beda untuk setiap individu dna juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan
dan status gizi sebelumnya, kekurangan asupan pada salah satu zat akan
mengakibatkan kebutuhan terhadap sesuatu nutrien terganggu, dan kebutuhan
nutrisi yang tidak konstan selama kehamilan.
Seorang ibu yang sedang hamil
mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. pada trimester I kenaikan
berat badan seorang ibu tidak mencapai 1
kg, namun setelah mencapai trimester ke-2 pertambahan berat badan semakin
banyak yaitu 3 kg dan pada trimester 3 sebanyak 6 kg. kenaikan tersebut disebabkan
karena adanya pertumbuhan janin,
plasenta dan air ketuban kenaikan berat badan yang ideal untuk seorang
ibu yang gemuk yaitu 7 kg dan 12,5 kg untuk ibu yang tidak gemuk. Jika berat
badan ibu tidak normal maka akan memungkinkan terjadi keguguran, lahir
premature, BBLR, gangguan kekuatan rahim saat kelahiran (Kontraksi), dan
pendarahan setelah persalinan.
3. Status Ekonomi
Bahwa ekonomi adalah bagaimana manusia dan masyarakat
melakukan pilihan dengan atau tanpa menggunakan sarana uang untuk memanfaatkan
sumberdaya yang langka dalam menghasilkan berbagai barang dan jasa dan
mendristibusikannya diantara mereka bagi keperluan konsumsi, pada saat ini atau
dimasa mendatang, diantara berbagai manusia dan kelompok yang ada dimasyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ekonomi adalah
pembagian dan pemanfaatan barang – barang dan jasa serta kekayaan seperti
keuangan, perindustrian, pedagangan, serta rumah tangga. Sedangkan yang
dimaksud dengan ekonomi dalam penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan
masyarakat dan keluarga yang cenderung mengarah pada penghasilan dan pendapatan
keluarga.
Peran status ekonomi dalam kesehatan sangat berpengaruh
terhadap kesehatan seseorang dan cenderung mempunyai ketakutan akan besarnya
biaya untuk pemeriksaan, perawatan, kesehatan dan persalinan. Ibu hamil dengan
status ekonomi yang memadai akan mudah memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Dalam hal ini perlu ditingkatakan lagi bimbingan dan layanan bagi ibu hamil
dengan status ekonomi rendah dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan
puskesmas seperti posyandu, pemanfaatan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Dengan adanya sarana diatas diharapkan setiap ibu hamil memiliki pengetahuan
yang baik tanpa memandang status ekonomi.
Berdasarkan standar Upah Minimum Regional (UMR) di Sumatera Selatan tahun
2012 yaitu penghasilan suatu
keluarga dikategorikan tinggi jika pendapatan perbulannya > Rp.1.195.000 dan dikategorikan rendah jika
pendapatan perbulannya < Rp.1.195.000 (Standar UMR Sumsel, 2012).
Pada penelitian ini peneliti mengelompokkan tingkat pendapatan dalam dua
kategori yaitu pendapatan tinggi : jika pendapatan > Rp.1.195.000 dan
pendapatan rendah : jika pendapatan < Rp.1.195.000.
Penelitian Terkait
1. Umur Ibu
Berdasarkan hasil penelitian Agustini (2010, yang berjudul faktor-faktor
yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di Badan Pengelola Rumah Sakit
Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2010. Jenis
penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik
dengan rancangan penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder
dari bulan April-Desember 2010 pada ibu hamil di Badan Pengelola Rumah Sakit
Umum (BPRSU) Rantauprapat. Hasil analisis bivariat diperoleh faktor yang
berhubungan dengan kejadian anemia adalah
umur ibu (p = 0,030) lower 2.420 dan upper 58.581. Ibu hamil diharapkan
memeriksakan kehamilannya secara teratur untuk mendeteksi dini keadaan
kesehatannya dan petugas kesehatan memberi penyuluhan untuk menambah
pengetahuan ibu tentang kejadian anemia pada ibu hamil sehingga AKI dan AKB
dapat diturunkan.
2. Status gizi
Berdasarkan hasil penelitianWuryanti (2010), yang
berjudul hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian anemia pada kehamilan
di RSUD Wonogiri. Metode penelitian : penelitian observasional dengan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang bersalin di RSUD
Wonogiri. Jumlah sampel yang diperoleh mulai 19 Mei 2010 sampai dengan 10 Juli
2010 sebanyak 34 responden. Variabel bebas adalah status gizi ibu hamil dan
variabel terikat adalah anemia pada kehamilan. Analisa penelitian dilakukan
dengan menggunakan analisa bivariat, dengan uji statistik chi-square. Kemaknaan
hasil dilihat dari p value yang dibandingkan dengan nilai α=0,05. Hasil: Dalam
penelitian yang dilakukan terdapat 32,4% ibu yang mengalami anemia (Hb <11
gr%), 67,6% tidak anemia (Hb >11 gr%). Ibu dengan status gizi kurang, 45,5%
mengalami anemia dalam kehamilan dan 54,5%
tidak anemia. Hasil uji korelasi chi- square nilai X2 = 8,652; p = 0,003
(p<0,05). Simpulan: Terdapat hubungan
antara status gizi ibu hamil dengan kejadian anemia dalam kehamilan.
3. Status ekonomi
Berdasarkan hasil penelitian Agustini (2010, yang berjudul faktor-faktor
yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di Badan Pengelola Rumah Sakit
Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2010. Jenis
penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik
dengan rancangan penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder
dari bulan April-Desember 2010 pada ibu hamil di Badan Pengelola Rumah Sakit
Umum (BPRSU) Rantauprapat. Hasil analisis bivariat diperoleh faktor yang
berhubungan dengan kejadian anemia adalah
status ekonomi (p = 0,000) lower 1.946 dan upper 14.397.
2. Status gizi
Berdasarkan hasil penelitianWuryanti (2010), yang
berjudul hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian anemia pada kehamilan
di RSUD Wonogiri. Metode penelitian : penelitian observasional dengan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang bersalin di RSUD
Wonogiri. Jumlah sampel yang diperoleh mulai 19 Mei 2010 sampai dengan 10 Juli
2010 sebanyak 34 responden. Variabel bebas adalah status gizi ibu hamil dan
variabel terikat adalah anemia pada kehamilan. Analisa penelitian dilakukan
dengan menggunakan analisa bivariat, dengan uji statistik chi-square. Kemaknaan
hasil dilihat dari p value yang dibandingkan dengan nilai α=0,05. Hasil: Dalam
penelitian yang dilakukan terdapat 32,4% ibu yang mengalami anemia (Hb <11
gr%), 67,6% tidak anemia (Hb >11 gr%). Ibu dengan status gizi kurang, 45,5%
mengalami anemia dalam kehamilan dan 54,5%
tidak anemia. Hasil uji korelasi chi- square nilai X2 = 8,652; p = 0,003
(p<0,05). Simpulan: Terdapat hubungan
antara status gizi ibu hamil dengan kejadian anemia dalam kehamilan.
3. Status ekonomi
Berdasarkan hasil penelitian Agustini (2010, yang berjudul faktor-faktor
yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di Badan Pengelola Rumah Sakit
Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2010. Jenis
penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik
dengan rancangan penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder
dari bulan April-Desember 2010 pada ibu hamil di Badan Pengelola Rumah Sakit
Umum (BPRSU) Rantauprapat. Hasil analisis bivariat diperoleh faktor yang
berhubungan dengan kejadian anemia adalah
status ekonomi (p = 0,000) lower 1.946 dan upper 14.397.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar