ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Keluarga
Adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan ananya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (uu. NO.10, 1992).
Adalah kumpulan dua orang/lebih hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan setiap individu punya peran masing –masing.
Tujuan khusus adalah untuk mencapai kemampuan keluarga :
1. Mengenal maskes keluarga
2. Memutuskan tindakan
3. Melakukan tindakan
4. Memellihara dan memodifikasi lingkungan
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada (Puskesmas, posyandu)
Peran dan fungsi perawat dalam asuhan keperawatan keluarga :
1. Pemberi askep
2. Sebagai pendidik
3. Advokat
4. Koordinator
5. Kolaborator
6. Pembaharu
7. Pengelola
Persiapan :
1. Menetapkan keluarga sasaran
2. Buat jadwal kunjungan
3. Siapkan perlengkapan lap.
- Family folder
- Masalah klien dan keluarga
- Phn kit
- Alat bantu penyuluhan
Pengkajian :
Tahap yang perlu dilakukan :
1. Bhsp
- Perkenalkan
- Jelaskan tujuan kunjungan
- Pengk. Awal : terfokus
- Pengkajian lanjut (thp ke2)
- Pengkajian lengkap
Pengkajian :
1. Berkaitan dengan keluarga
- Demografi
- Lingkungan
- Struktur dan fungsi keluarga
- Stress dan koping keluarga
- Perkembangan keluarga
2. Berkaitan dengan individu sebagai anggota
- Fisik
- Mental
- Sosial
- Spiritual
- Emosi
Diagnosis :
Berdasar “nanda” :
1. Gangguan proses keluarga
2. Gangguan pemeliharaan kesehatan
3. Gangguan peran
4. Pola eliminasi
5. Sanitasi kurang
6. Duka berkepanjangan
7. Konflik keluarga inadekuat
8. Gangguan manajemen pemeliharaan rumah
9. Hambatan interaksi
10. Kurang pengetahuan
11. Resiko (perubahan peran)
12. Resiko trauma
13. Resiko pk
14. Ketidak berdayaan
15. Isolasi sosial
16. DLL.
Evaluasi :
Daftar Diagnosis Keperawatan Keluarga Nanda :
A. Lingkungan
1. Kerusakan penatalaksanaan rumah (kebersihan)
2. Resiko cedera
3. Resiko infeksi
B. Struktur komunikasi
1. Kerusakan komunikasi
C. Struktur peran
1. Isolasi sosial
2. Perubahan dalam proses keluarga (ada yang sakit)
3. Berduka disfungsional
4. Potensial peningkatan menjadi orang tua
5. Perubahan penampilan peran
6. Gangguan citra tubuh
D. Afektif
1. Resiko tindakan kekerasan
2. Perubahan proses keluarga
3. Koping keluarga tak efektif
E. Sosial
1. Perilaku mencari bantuan kesehatan
2. Konflik peran orang tua
3. Perubahan pertukem
4. Perubahan pemeliharaan kesehatan
5. Kurang pengetahuan
6. Isolasi sosial
7. Ketidakpatuhan
8. Gangguan identitas pribadi
F. Fungsi perawat keluarga
1. Perilaku mencari pertolongan kesehatan
2. Ketidak efektifan penatalaksanaan terapeutik keluarga
3. Resiko penyebaran infeksi
G. Strategi koping
1. Potensial peningkatan koping keluarga
2. Koping keluarga tak efektif
3. Resiko tindakan kekerasan
II. LANGKAH-LANGKAH RENCANA PERAWATAN KELUARGA
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
2. Diagnosis risiko/risik tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat
3. Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Daftar masalah keperawatan (NANDA) yang dapat digunakan sebagai berikut :
1. Gangguan proses keluarga
2. Gangguan pemeliharaan kesehatan
3. Perubahan kebutuhan nutrisi : kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh.
Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan :
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978)
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :
1. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
2. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dandikalikan dengan bobot.
Penyusunan prioritas diagnosis keperawatan :
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Namun, perawat perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera.
Langkah selanjutnya yaitu perawat perlu melakukan pemberian skor dengan menggunakan skala yang dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya.
Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, perawat menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga (family nursing care)
PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA (FAMILY CARE PLAN)
Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya, merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga meliputi kegiatan yang bertujuan :
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
3. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada di sekitar keluarga
4. Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan
5. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit.
Rencana tindakan :
1. Mendiskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan menjelaskan kembali) tentang bahaya lantai yang licin.
2. Mendiskusikan (menjelaskan, memberi kesempata bertanya dan menjelaskan kembali) akibatnya bila lansia terjatuh.
3. Mendiskusikan (menjelaskan, memberi kfesempatan bertanya dan menjelaskan kembali) cara mencegah lansia terjatuh.
4. Mengajarkan kepadsa keluarga untuk menyelesaikan masalah lansia dengan keluarga
5. Mengajarkan kepada keluarga setiap diskusi perlu diambil suatu keputusan yang erbaik
6. Tanpa waktu yang disepakati dengan keluarga, perawat melihat lansia menggunakan sandal yang tidak licin (karet) selama dalam rumah, menggunakan tongkat dengan ujungnya berkaret.
7. Bersama keluarga memodifikasi lingkunganyang aman, misalnya dengan cara menempel alat yang dapat digunakan oleh lansia untuk pegangan selama dalam rumah
Implementasi
Pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri. Tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. Peran perawat yang dilaksanakan adalah sebagai koordinator. Namun perawat juga dapat mengambil peran sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
Pada kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan kontak sebeumny (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi (sasaran langsung implementasi), dan (mungkin) peralatan yang perlu disiapkan keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi.
v Implementasi Ciri Rencana Perawatan
Ciri-ciri rencana perawatan berasal dari dan berhubungan dengan konsep perencanaan sebagai suatu proses :
1. Rencana perawatan berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan masalah yang sedang dihadapi.
2. Rencana perawatan adalah hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari, tidak hanya didasarkan oleh dorongan hati tanpa proses pemikiran.
3. Rencana perawatan menggunakan kejadian-kejadian masa lampau maupun yang sekarang untuk menentukan arah asuhan keperawatan, karena rencana perawatan berhubungan dengan masa yang akan datang.
4. Rencana perawatan berputar pada masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi, karena masalah-masalah tersebut merupakan titik pangkal untuk rencana dan dasar perumusan tujuan perawatan dan tindakan-tindakan keperawatan
5. Rencana perawatan merupakan jalan utuk mencapai tujuan (memberikan perawatan yang tepat
6. Rencana perawatan adalah suatu proses yang berlangsung secara terus menerus.
v Kualitas Rencana Perawatan
Kualitas rencana perawatan sangat tergantung kepada :
1. Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan didasarkan kepada analisis yang menyeluruh tentang masalah situasi dalam keluarga
2. Rencana yang realitis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
3. Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan
4. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam :
a. Menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga
b. Menentukan prioritas masalah
c. Memilih tindakan yang tepat
d. Melaksanakan tindakan
e. Penilaian hasil tindakan
5. Dibuat secara tertulis
Tersedianya sumber-sumber juga mempengaruhi keputusan perawat dalam memilih tindakan keperawatan. Terdapat 3 macam sumber yang dapat di pertimbangkan :
1. Sumber-sumber yang terdapat dalam keluarga
- Kekuatan fisik dan psikososial dari tiap anggota keluarga
- Kemampuan finansial
- Fasilitas-fasilitas fisik
- Adanya sokongan dari sanak saudara atau kelompok-kelompok yang lain
2. Sumber-sumber yang ada dalam perawat :
- Pengetahuan mengenai masalah-masalah kesehatan keluarga dan keterampilannya dalam membantu keluarga mengatasi masalah-masalah tersebut. Diperlukan pengetahuan yang luas mulai perawatan yang paling sederhana sampai ketindakan-tindakan untuk mengatasi masalah-masalah yang rumit tentang perilaku yang tidak normal (misalnya ketidakcocokan hidup antar anggota keluarga yang tidak sehat)
- Tersedianya waktu dan dukungan
3. Sumber-sumber yang terdapat dalam masyarakat :
- Instansi-instansi kesehatan
- Adanya program atau kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kesehatan
- Organisasi-organisasi kesehatan
Pentingnya membuat recana perawatan :
1. Memberikan perawatan yang khusus, karena dapat mempermudah penyampaian perawatan yang tepat dengan memperhatikan keunikan klien penerima askep.
2. Membantu dalam menentukan prioritas dengan memberikan data-data tentang keadaan dan sifat masalah.
3. Mengembangkan komunitas yang sistematis antara tenaga kesehatan yang bersangkutan
4. Menjamin kesinambungan dari perawatan yang diberikan
5. Melancarkan koordinasi perawatan melalui pemberian informasi kepada tim kesehatan lainnya tentang tindakan yang dikerjakan oleh perawat.
Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan pernyataan yang lebih terinci tentang hasil keperawatan. Tujuan keperawatan akan menentukan kriteria yang dipakai untuk menilai keberhasilan keperawatan. Bila dilihat dari sudut perhatian, tujuan perawatan dibagi menjadi :
1. Yang berorientasi pada perawat, yaitu tujuan yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perawat.
2. Yang berorientasi pada pasien, yaitu tujuan dinyatakan dari pihak penerima pasien/keluarga, baik secara fisik, mental dan perilaku.
v Tahapan Tindakan Keperawatan Keluarga
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal tersebut di bawah ini :
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan, dengan cara :
- Memberikan informasi
- Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
- Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
- Mengidentifikasi konsekuensi “tidak melakukan tindakan”
- Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga
- Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara :
- Mendemonstrasikan cara perawatan
- Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di dalam rumah
- Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara :
- Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan oleh keluarga
- Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara :
- Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
- Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tindakan keperawatan :
1. Merangsang keluarga mengenal dan menerima masalah dan kebutuhan kesehatan mereka, melalui :
- Memperluas pengetahuan keluarga melalui penyuluhan kesehatan
- Membantu keluarga melihat situasi dan akibat dari situasi tersebut
- Mengkaitkan kebutuhan kesehatan dan sasaran keluarga
- Mengembangkan sifat positif dalam keluarga
2. Menolong keluarga untuk menentukan tindakan keperawatan :
- Merundingkan bersama keluarga mengenai akibat-akibat apabila mereka tidak mengambil tindakan.
- Mengenalkan kepada keluarga tentang alternatif yang dapat dipilih dan sumber-sumber yang diperlukan dalam melakukan tindakan keperawatan
- Merundingkan bersama keluarga tentang akibat dari tindakan atau kemungkinan efek samping yang mungkin timbul.
3. Menumbuhkan kepercayaan keluarga terhadap perawat :
- Memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
Evaluasi :
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai dengan keadaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan. A merupakan analisis perawat setelah mengetahui respons subjektif dan objektif keluarga yang dibandignkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu padsa tujuan pada rencana keperawatan keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan tindakan.
III. ISU DAN TREN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan keluarga dapat segera dilakukan oleh perawat dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi yaitu :
1. Telah menyelesaikan pendidikan formal ners (perawat) yang di akui. Pendidikan formal di Indonesia adalah D3 Keperawatan yang menghasilkan perawat profesional pemula dan PSIK yang menghasilkan ners yang memiliki kemampuan profesional yang tinggi, yaitu (1) keterampilan intelektual, (2) keterampilan teknis dan (3), keterampilan interpersonal dengan berlandaskan etik keperawtan dan melaksanakan profesinya sesuai dengan standar praktik keperawatan.
2. Telah melakukan proses legislasi sebagai ners (perawat). Perawat yang telah menyelesaikan secara formal pendidikannya harus melalui proses legislasi sebagai ners (perawat) dengan tahap :
a. Registrasi adalah proses pendaftaran seorang ners (perawat) yang telah lulus pendidikan formal di Dinas Kesehatan Provinsi, sesuai dengan Keputusan Menkes No. 1239 tahun 2001.
b. Sertifikasi adalah proses penilaian terhadap kemampuan seorang ners (perawat) untuk dinyatakan cakap melaksanakan kewenangan (kompetensi) yang dimiliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar